Tambangan, Mandailingpos – Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Mandailing Natal yang tengah menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa desa di Kecamatan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal mendukung penuh pelaksanaan Wisata Permainan Leluhur (Witapermainur ).
Mahasiswa ini langsung ikut terjun memberikan arahan, motivasi dan mengawasi anak anak dalam pelaksanaan kegiatan witapermainur ini. Mereka mencontohkan bagaimana pelaksanaan senam dan memperagakan permainan leluhur lainnya.
Seperti Mahasiswa KKN STAIN Madina di desa Rao- Rao Lombang, mereka ikut langsung mengarahkan dan mendampingi ibu ibu PKK dan Naposo Bulung dalam pelaksanaan kegiatan Witapermainur ini.

Winda Amalia Tanjung, salah seorang mahasiswa KKN mengatakan, ia berserta mahasiswa lainnya berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan ini. Kegiatan permainan leluhur ini menurutnya sangat bermanfaat karena waktu anak anak tidak tersita lagi untuk permainan gawai dan hanphone.
Diakuinya, ia dan mahasiswa lainnya harus banyak belajar dari masyarakat bagaimana semangat mereka dalam mengedepankan nilai nilai budaya lokal dan kesabaran dalam mengarahkan anak anak.
Hal yang sama juga dikatakan Rigun Hasibuan, salah seorang mahasiswa yang KKN di desa Simanganbat TB. Menurutnya, anak anak mengikuti permainan tradisional cukup antuasias. Begitupun, ia dan kawan kawan tetap memberikan motivasi kepada anak anak agar lebih bergiat melaksanakan kegiatan ini. Sebab kegiatan ini sangat bermanfaat.
Selaku mahasiswa KKN, pihaknya sangat mendukung pelaksanaan program witapermainur ini. Selama Pelaksanaan KKN ini mereka akan terus berperan aktif membantu pelaksanakan permainan leluhur yang setiap minggunya dilaksanakan di desa desa Kecamatan Tambangan.
Sedangkan di desa lainnya, seperti Laru Dolok, Tambangan Jae, Pasar Laru, Muaramais Jambur dan desa desa lainnya di Kecamatan Tambangan terus menggalakkan Wisata Permainan Leluhur yang digelar pemerintah desa setempat.
Kegiatan terbaru dilaksanakan pada Minggu, 20 Juli 2025 dengan menyuguhkan beragam permainan tradisional seperti petak umpet, kucing-kucingan, lompat tali, maryeye, hingga engrang. Kegiatan ini dirancang untuk mengurangi ketergantungan anak-anak terhadap gawai sekaligus menghidupkan kembali budaya lokal dan semangat kebersamaan.
Reporter : Lokot Husda Lubis