Kotanopan, Mandailing Pos
Kondisi rumah tempat lahir Jenderal Besar Abdul Haris Nasution di desa Hutapungkut Jae Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal sangat sederhana.
Rumah ini sekaligus tempat kediaman kedua orangtuanya sampai akhir hayatnya. Rumah papan berukuran sekitar 8 x 6 ini sangat sederhana. Jauh dari kemewahan. Bahkan tiang, dinding dan lantai sudah mulai kropos. Di bagian dinding pun sudah banyak yang berlobang karena di makan usia.
Dilihat dari jabatan yang pernah di embannya, tidak mungkin rasanya rumah tempat beliau lahir sesederhana ini. Namun itulah Abdul Haris Nasution. Seorang pahlawan Nasional dan Jenderal besar bintang lima di negara Republik Indonesia. Peletak dasar perang gerilya, KSAD 1944-1952, 1955-1962, Menko Polkam 1954-1966, Ketua MPRS 1966-1972 dan masih banyak jabatan lainnya.
Gaya hidupnya bersahaja sampai akhir hayatnya. Ia tidak mewariskan kekayaan materi pada keluarganya, kecuali kekayaan perjuangan dan idealisme.
Rabu, (17/4/2025), Mandailing Pos menyambangi rumah tersebut. Seperti kebanyakan tempat tinggal di desa, rumah ini tidak beda dengan rumah panggung. Tangganya terbuat dari kayu, begitu juga lantai rumah. Di ruang tamu terpasang sederetan poto Jenderal Besar Abdul Haris Nasution. Rumah ini terdiri dari satu ruang tamu, satu ruang tengah, satu kamar dan dapur.
Beberapa tahun terakhir, rumah ini tidak ditempati. Namun tetap dirawat keluarga Jenderal Abdul Haris Nasution bernama Yusuf yang tinggal di rumah sebelahnya. Sedangkan ayahnya bernama Abdul Halim Nasution meninggal tahun 1952. Ibunya Sahara Lubis meninggal tahun 1981. Kedua orangtua jenderal besar ini di makamkan di TPU Aek Dolok Hutapungkut Tonga yang lokasinya tidak jauh dari rumah beliau dilahirkan.
Menurut keterangan beberapa warga tetangga, usia rumah ini sudah mencapai 115 tahun. Kondisi rumah sudah mulai rusak. Dinding yang terbuat dari kayu dan lantai sudah mulai keropos. Renovasi untuk rumah ini sepertinya perlu dilakukan. Sebab, rumah ini termasuk dari bagian sejarah, tempat lahirnya jenderal besar di Indonesia.
” Menurut cerita orang tua dulu, Abdul Haris tinggal di rumah ini sampai usia 15 tahun. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan ke Bukit Tinggi dan kemudian menjadi guru di Bengkulu dan Palembang. Setelah masuk militer, Abdul Haris Nasution sempat pulang ke rumahnya ini sebanyak 4 kali, yaitu tahun 1952 saat ayahnya meninggal dunia, tahun 1966 pasca G30S PKI. Kemudian sekitar tahun 1976 saat Menteri Luar Negeri di Jabat Adam Malik Batubara dan tahun 1981 saat ibunya meninggal “, ujar M. Nuh warga Hutapungkut Jae
Terlelas dari itu semua, sudah saatnya Pemerintah membantu memperbaiki atau membangun kembali rumah ini. Sebab, tidak etis rasanya orang yang begitu berjasa untuk Republik ini, tapi kondisi rumah tempat lahirnya memprihatinkan.
Sip berita : Lokot Husda Lubis